Pages

Rabu, 19 Agustus 2015

The Maunder Minimum is back ???

Apa Dampak Berkurangnya Bintik Matahari pada Bumi?

Tercatat, bintik Matahari ada pada jumlah terendahnya. Apakah dengan begitu memengaruhi penurunan suhu di Bumi?


Siklus Matahari adalah siklus aktivitas Matahari yang diketahui dari jumlah bintiknya. Biasanya periode siklus Matahari berlangsung tiap 11 tahun sekali.

Dulu di tahun 1645, jumlah bintik matahari (sunspot) yang terlihat oleh para ilmuwan ada pada titik terendahnya sehingga mereka menamakan kondisi tersebut dengan sebutan periode Maunder Minimum. Periode itu berlangsung selama 70 tahun, dan disebut sebagai penyebab mengapa suhu di Bumi menurun.

Namun, teori perihal jumlah bintik matahari yang memengaruhi suhu di Bumi masih diperdebatkan oleh para ilmuwan. Pasalnya, belum ada bukti yang memadai untuk mendukung teori tersebut.

Siklus Matahari yang kini sedang berlangsung adalah siklus yang bermula pada Januari 2008. Menurut perhitungan, seharusnya jumlah aktivitas minimal Matahari sudah berakhir di awal tahun 2010. Namun sejak tahun 1956—yang tercatat sebagai waktu puncak aktivitas Matahari, penurun jumlah bintik matahari terus terjadi. Saat ini, siklus ada pada waktu terendahnya. 

Periode berlangsungnya maunder minimum adalah antara 1645 dan 1715, ketika Eropa dan Amerika Utara mengalami musim dingin yang sangat dingin. Para peneliti menduga bahwa jika aktivitas Matahari benar berdampak pada suhu di Bumi, maka nantinya suhu Bumi akan mendingin seperti yang terjadi pada saat Maunder Minimum.

Para ilmuwan memperingatkan bahwa Bumi bisa menuju sebuah 'zaman es mini' di tahun 2030.  aktivitas matahari akan turun 60 persen selama tahun 2030-an, dengan kondisi terakhir serupa terlihat pada 'zaman es mini' yang dimulai pada tahun 1645, menurut hasil yang disajikan oleh Prof Valentina Zharkova pada National Astronomy Meeting di Llandudno.




Helen Popova, salah seorang peneliti dari Lomonosov Moscow State University membuat model fisika-matematika unik dari perubahan siklus Matahari tersebut dan menggunakannya untuk membuat pola dari aktivitas Matahari minimum yang kini sedang terjadi dan pengaruhnya terhadap suhu di Bumi. Hasilnya, ia menunjukkan bahwa meski tak separah Maunder Minimum, Bumi memiliki kemungkinan untuk mengalami hal serupa di masa mendatang.

Teori Popova itu didukung oleh Yaireska M. Collada-Vega, peramal cuaca NASA, yang mengatakan bahwa berkurangnya bintik Matahari bisa mengakibatkan pengembangan lubang korona, sehingga mengakibatkan terjadinya arus cepat. Arus cepat di Matahari itu diketahui bisa memengaruhi terjadinya badai geomagnetik yang sangat kuat di Bumi, dan mengakibatkan perubahan pada lingkungan radiasi di dalam magnetosfer.

sumber: http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/08/apa-dampak-berkurangnya-bintik-matahari-pada-bumi

0 komentar:

Posting Komentar