Senin 11 desember 2012, telah terjadi gempabumi besar yang berkekuatan
7.4 M (BMKG Indonesia) yang mengguncang Laut Banda dan sekitarnya origin time
atau waktu kejadian gempabumi tepat pukul 16:53:09 UTC. Pusat gempabumi terletak di Laut dan berjarak
180 km dari barat laut Maluku tenggara. Kedalaman hipocenter gempabumi 170 km
dibawah laut, maka gempabumi ini pun sempat dikeluarkan warning tsunami namun
beberapa jam kemudian BMKG secara resmi mengakhiri peringatan dini Tsunami
karena tidak terbukti terjadi tsunami. Gempabumi ini terjadi akibat dari Proses
subduksi lempeng Indo-Australia terhadap Lempeng Sunda di laut Banda bagian
timur. Gempabumi utama kemudian diikuti gempabumi susulan beberapa jam kemudian
berkisar 5-7 kejadian gempabumi susulan
dengan magnitude antara 2M sampai dengan 6 M yang terekam di Stasiun observatory geophyisc Tual.
Gambar:
earthquake epicenter (gempabumi terletak pada subduksi lempengan Indo-Australia
vs lempeng Sunda laut Banda bagian timur
Gempabumi
Laut Banda 2012 menjadi menarik untuk
dikaji mengingat kekuatan magnitudonya yang besar tetapi dampak yang
ditimbulkannya sangat minimal. Kejadian ini kembali mengingatkan kita pada
gempabumi Aceh 2012 dimana hampir mirip karakteristiknya dengan gempabumi Laut
Banda.
Gempabumi
Aceh 2012 meskipun pusat gempabuminya di laut, bermagnitudo besar, dengan
kedalaman dangkal, tetapi mekanisme sumber gempabuminya menunjukkan pergerakan
persesaran horizontal (strike-slip fault). Aktivitas transform fault yang
mendatar inilah yang membuat ribuan nyawa di pesisir barat Sumatera
terselamatkan dari bencana tsunami yang hampir sama dengan tsunami 2004. Fakor
mekanime sumber gempabumi inilah yang akhirnya membedakan secara tegas dengan
peristiwa gempabumi Aceh 2004.
Serupa
dengan dengan kejadian gempabumi Laut Banda, mekanisme fokus gempanya tepat
menunjukan pergerakan pensesaran mendatar Horizontal (strike-slip fault).
Parameter sources proces dan hiposenter gampa yang dalam secara fisis tentunya
tidak menimbulkan tsunami. Peristiwa gempabumi Laut banda memiliki keunikan terkait dengan kekuatan
gempabumi, akumulasi tegangan, dan lokasi pusat gempabuminya, yaitu: Gempabumi
Laut banda dengan mekanisme strike-slip memiliki magnitudo sangat besar,
padahal umumnya gempabumi dengan mekanisme sesar horizontal (strike-slip)
semacam ini tidak memiliki magnitudo yang besar. Gempabumi kuat
biasanya cenderung terjadi di zona penyusupan dangkal atau yang populer disebut
sebagai zona megathrust. Di zona megathrust ini sebuah lempeng tektonik
menyusup dibawah lempeng yang lain, kemudian tertahan dan membangun akumulasi
medan tegangan dalam waktu lama hingga dilepaskan energinya sebagai gempabumi
besar (DR.Daryono BMKG).
Secara
historis sejak tahun 1985 sampai sekarang baru terjadi kejadian gempabumi
dengan magnitude 7.4 M di Laut Banda dan sekitarnya (USGS). Hampir selang 26
tahun baru terjadi gempabumi besar lagi
di kawasan laut Banda dan sekitarnya. Berkaca dari kejadian ini semakin
mendewasakan pengetahuan kita bagimana kita mengkaitkan gempabumi berdasarkan seismotektonik
region setempat.
Bagi
masyarakat pesisir Saumlaki, Kepulauan Kei, dan Kepulauan Tanimbar kondisi alam
yang selalu kurang “bersahabat” ini merupakan konsekuensi yang harus diterima.
Mau tidak mau, suka tidak suka, semua itu adalah risiko yang harus dihadapi
sebagai masyarakat yang tinggal dan menumpang di batas pertemuan lempeng
tektonik.
Bagi kalangan ahli kebumian dan
instansi terkait dengan pemantauan gempabumi, labilnya kawasan Laut Banda dan
sekitarnya secara seimotektonik merupakan tantangan untuk mencari jalan keluar,
baik upaya mitigasi atau merancang sistem peringatan dini yang digunakan
sebagai acuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan upaya memperkecil risiko
apabila sewaktu-waktu terjadi gempabumi dan tsunami.
0 komentar:
Posting Komentar