SEJARAH TEORI LEMPENGAN TEKTONIK
PENDAHULUAN
Kata tektonik bersal dari bahasa Yunani ‘’tektonikos’’ yang berarti bangunan atau konstruksi. Teori lempengan tektonik adalah teori yang menjelaskan struktur kerak bumi sebagai hasil pemisahan lithosfer ke dalam beberapa lempengan semi-tegar (semi-rigid), yang bergerak di dorong oleh arus konveksi di dalam asthenosfer. Gerakan lempengan lithosfer inimengakibatkan gempabumi, pembentukan pegunungan, metamorfisme batuan dan aktivitas vulkanisme.
Menurut sejarahnya, teori lempengan tektonik di awali dengan hipotesa pergeseran benua (continental drift) yang sudah diusulkan sejak tahun 1915. Namun pada waktu itu masih banyak yang meragukan kebenarannya. Salah satu penyebabnya adlah bahwa ketika itu semua bukti ynag mendukung hipotesa pergeseran benua hanya berasal dari data di daratan saja. Padahal sumber penggerak utama pergeseran benua berada di dasar samudera.
A. HIPOTESA PERGESERAN BENUA
Setelah pemetaan bumi yang cukup akurat dapat diselesaikan, para ilmuan melihat bahwa benua benua, khususnya Afrika dan Amerika Selatan, bentuknya akan saling bersesuaian bila disambungkan. Secara komprehensip teori pergeseran benua pertama kali disampaikan oleh Alfred Wegener, seorang ahli meteorologi bangsa Jerman, dalam bukunya tahun 1915: the origin of continents and oceans (Asal usul benua dan samudera). Wegener mendasarkan teorinya tidak hanya pada bentuk benua, tetapi juga pada bukti geologi, misalnya kemiripan fosil-fosil yang ditemukan di Brazil dan Afrika. Wegener juga menggambar sejumlah peta yang memperlihatkan tahapan-tahapan dalam proses pergeseran benua. Diawali dengan sebuah masa daratan yang sangat besar, yang disebutnya ‘’Pangaea’’ (artinya’’semua daratan’’). Wegener yakin bahwa benua-benua terdiri atas batuan granit yang lebih ringan, sehingga dapat disusupi oleh batuan dasar samudera yang lebih berat, digerakan oleh gaya-gaya yang berhubungan dengan rotasi bumi.
Gambar 1.1: Rekonstruksi pergeseran benua sejak 225 juta tahun yang lalu hingga saat in
Teori lempengan tektonik baru baru berkembang setelah tahun 1960-an, ketika survei oceanografi telah cukup banyak memiliki data untuk membuat peta topografi regional dasar samudera. Data ini menunjukan bahwa dasar samudera itu tidak datar, bukan juga area tanpa penonjolan karena tertutup lapisan sendimen, dan juga tidak mirip dengan permukaan daratan. Diseluruh permukaan bumi ada suatu sistem retakan disepanjang puncak punggung samudera, dan ada sistem palung laut-dalam disepanjang perbatasan beberapa samudera. Kedua bentuk struktur ini merupakan daerah yang aktivitas seismiknya paling tinggi di dunia.
A. BUKTI-BUKTI PENDUDKUNG HIPOTESA
PERGESERAN BENUA
PERGESERAN BENUA
Menurut Hamblin (1985), bukti-bukti terjadinya pergeseran benua meliputi : bukti paleontologi (fosil binatang dan tumbuh-tumbuhan), struktur dan jenis batuan, paleoglasiasi (aliran es purba), dan paleoklimatik (keadan iklim purba).
1. Bukti Paleontologi (fosil binatang dan tumbuh-tumbuhan)
Ada kemiripan mencolok pada fosil-fosil tertentu yang ditemukan di benua-benua pada kedua sisi samudera atlantik. Hal ini sulit dijelaskan, kecuali benua-benua dulunya menyatu. Jejak fosil mengindikasikan bahwa spesies baru muncul di suatu tempat, kemudian menyebar ke tempat-tempat lain. Organisme yang mengembang atau berenang, dapat bermigrasi di laut dari satu pantai suatu benua ke pantai benua yang lain, tetapi samudera talantik telalu luas untuk lintasi migrasi tersebut, terlebih bagi binatang-binatang penghuni daratan seperti reptile dan serangga, juga tumbuh-tumbuhan daratan.
Gambar 1.2: Bukti paleontologi (fosil binatang dan tumbuh-tumbuhan)
yang mendukung hipotesa pergeseran benua (sumber: USGS_2001)
Fosil biji-bijian pakis Glossopteris telah ditemukan dalam batuan yang berumur sama di Amerika selatan, Afrika selatan, Australia dan India, serta di Antrtika sekitar 480 km dari kutub selatan. Biji-bijian matang tanaman pakis tersebut berdiameter beberapa millimeter, terlalu besar untuk dapat disebarluaskan oleh angin menyebrangi samudera Atlantik. Oleh karena itu, adanya Glossopteris secra simultan di bagian selatan benua-benua tersebut, merupakan bukti pendukung kuat bahwa benua-benua tersebut dulunya menyatu.
Distribusi reptil era Paleozoikum dan Mesozoikum memberikan bukti yang serupa. Fosil beberapa spesies tersebut telah ditemukan di benua-benua bagian selatan yang sekarang terpisah jauh. Sebagai contoh, reptile mirip mamalia yang termasuk dalam genus Lystrosaurus yang hanya dapat hidup di daratan. Ternyata fosilnya ditemukan dalam jumlah besar di Afrika selatan, Amerika Selatan dan Asia, serta pada tahun1969 tim ekspedisi Amerika Serikat menemukanya juga di antartika. Jadi genus tersebut menghuni semua benua dibagian selatan. Jelas reptil tersebut tidak dapat berenang ribuan kilometer menyebrangi samudera Atlantik dan Antratika, dengan demikian postulatnya ialah bahwa benua-benua tersebut dulunya menyatu.
Ada pendapat menyatakan kemungkinan dulunya ada daratan yang jembatan penghubung benua-benuatersebut sehingga memungkinkan penyebaran Lystrosaurus di berbagai bagian dunia yang berjahuan. Pendapat ini terbantah oleh kenyataan bahwa survei dasar samudera menunjukan tidak pernah ada bekas jembatan daratan yang telah tengelam.
1. Bukti dari struktur dan jenis batuan
Sejumlah fitur geologi berakhir mendadak di pantai suatau benua dan muncul kembali di benua yang di yang ada di hadapanya, tetapi berada di seberang samudera yang luas. Barisan pegunungan lipatan Tanjung Harapan Baik, baik di ujung Afrika Selatan, memanjang dari timur ke barat dan berakhir tajam di pantai. Ternyata, struktur yang sama, dengan umur dan tipe deformasi yang sama, muncil di dekat Buenos Aires Argentina.
Contoh lainnya ialah pegunungan lipatan Appalachian. Struktur jalur pegunungan yang terdeformasi memanjang pada arah timur laut benua Amerika, menyebrangi bagian timur Amerika Serikat melalui Newfounland dan berakhir mendadak di laut. Ternyata, struktur yang sama muncul kembali di benua Eropa di pantai Irlandia dan Britania.
Masih banyak contoh lain yang dapat dikutip, namun hal yang penting ialah benua-benua pada kedua sisis samudera Atlantik saling cocok, tidak hnay pada bentuk garis pantainya, tetapi juga dalam hal jenis dan struktur batuannya. Satu hal yang menarik adalah bahwa kemiripan geologis di wilayah pantai yang saling bethadapan pada kedua sisi samudera Atlantik hanya di temukan pada batuan-batuan yang lebih tua dari periode cretaceous yang dimulai sejak 137 juta tahun yang lalu. Oleh karena itu, diyakini bahwa benua-benua sudah mulai terpisah dan bergeser salaing menjauh dalam Jurasik atau sebelumnya, sekitar 200 juta tahun yang lalu.
Gambar 1.3: kesesuaian struktur dan jenis batuan di Afrika selatan dan Amerika latin, yang mendudukung hipotesa pergeseran benua (sumber: openleran.open.ac.uk)
1. Bukti paleoglasiasi (aliran es purba)
Selama akhir era paleozoikum (sekitar 300 juta tahun lalu), lapisan es menutup sebagian besar benua-benua di belahan bumi Selatan. Endapan yang ditinggalkan oleh lapisan es purba ini masih dapat dikenali, alur-alur dan lekuk-lekuk batuan yang ada di bawahnya menunjukan arah pergerakan lapisan es purba tersebut. Kecuali Antratika, semua bumi di bagian selatan sekarang terletak di dekat ekuator. Sebaliknya, benua-benua di belahan bumi Utara tidak menunjukan bekas-bekas jejak glasiasi purba tersebut. Justru sebaliknya, fosil-fosil tanaman di tempat tersebut menunjukan adanya sisa-sisa iklim tropis. Bukti ini sulit di jelaskan dalam konteks benua yang tidak bergerak, karena Wilayah iklim ditentukan oleh garis lintang setempat.
Yang lebih sulit dijelsakan arah aliran es purba tersebut. Pemetaan regional alur-alur dan lekuk-lekuk glasiasi menunjukan bahwa di Amerika selatan, India dan Australia, aliran es mengarah ke daratan dari lautan. Arah aliran seperti ini tidak mungkin terjadi, kecuali dahullu didaratan di tempat-tempat yang sekarang berwujud lautan.
Jika benua-benua digabungkan seperti yang diusulkan oleh Wegener, wilayah glasiasi akan menyatu dengan rapi di dekat kutub selatan, arah aliran es purba dapat dijelaskan dengan mudah. Pola glasiasi purba dipertimbangkan sebagai bukti kuat pergeseran benua, dan para ahli geologi yang bekerja di belahan Bumi Selatan menjadi pendukung yang bersemangt sangat terhadap teoro pergeseran benua. Karena mereka dapat melihat buktinya langsung dengan mata sendiri.
Gambar 1.4: Bukti jejak aliran es (paleoglasiasi) yang mendudukung hipotesa pergeseran benua
(sumber: blue.utb.edu)
1. Bukti paleoklimatik (keadan iklim purba)
Bukti tentang perubahan iklim perubahan yang mencolok juga cenderung mendukung teori pergeseran benua. Endapan batubara sangat besar di Antartika menunjukan bahwa dahulu daerah ini ditmubuhi oleh tanaman berkayu dari daerah tropis, dan sekarang sebagian tertutup es
Di benua-benua lain, endapan garam, formasi batuan pasir (sandstone) dan terumbu karang, memberikan petunjuk tambahan yang memungkinkan merekonstruksi zona iklim purba. Pola iklim purba sangat mengherankan jika dipandang dari posisi benua-benua saat ini, tetapi bila benua-benua tersebut dikelompokan seperti sebelum terjadi pergeseran, maka pola iklim tersebut dapat dijelaskan dengan mudah.
Materi ini di review dari perkuliahan GEODINAMIKA oleh : Drs.Ibnu Purwana,Msc
dan semoga bermanfaat
batuan yang bergetar membawa kabar dari jauh, bacalah tanda-tanda itu
Geophysics45_Richter
Materi ini di review dari perkuliahan GEODINAMIKA oleh : Drs.Ibnu Purwana,Msc
dan semoga bermanfaat
batuan yang bergetar membawa kabar dari jauh, bacalah tanda-tanda itu
Geophysics45_Richter
DAFTAR PUSTAKA
Hamblin,W.K. (1985) The Earth’s Dynamic System, ed macmilan publishing Co New York
Kearey,F.and F.J.vine,(1990), Global Tectonics, Blackwell Scientific Publication, Oxford
http://Blue .utb.edu/
makasih atas infonya
BalasHapus