Mengapa Gempabumi Terjadi ?
Lempeng Tektonik
Menurut teori lempeng
tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik besar.
Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang mengapung diatas
astenosfer yang cair dan panas. Oleh karena itu, maka lempeng tektonik ini
bebas untuk bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Daerah perbatasan
lempeng-lempeng tektonik, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi
tektonik yang aktif, yang menyebabkan gempabumi, gunung berapi (vulcano) dan pembentukan
dataran tinggi. Teori lempeng tektonik merupakan kombinasi dari teori
sebelumnya yaitu: Teori Pergeseran Benua (Continental Drift) dan Pemekaran
Dasar Samudra (Sea Floor Spreading) atau yang dikenal dengan oceanic ridge.
Lapisan paling atas bumi,
yaitu litosfir, merupakan batuan yang relatif dingin dan bagian paling atas
berada pada kondisi padat dan kaku. Di bawah lapisan ini terdapat batuan yang
jauh lebih panas yang disebut mantel. Lapisan ini sedemikian panasnya sehingga
senantiasa dalam keadaan tidak kaku, sehingga dapat bergerak sesuai dengan
proses pendistribusian panas yang kita kenal sebagai aliran konveksi. Lempeng
tektonik yang merupakan bagian dari litosfir padat dan terapung di atas mantel
ikut bergerak satu sama lainnya. Ada tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng
tektonik relatif terhadap lempeng lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling
menjauhi divergen (spreading), saling mendekati convergen(collision) dan saling geser (transform)
interior of the earth
Jika dua lempeng bertemu
pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling menjauhi, saling mendekati
atau saling bergeser. Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat dan tidak dapat
dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm pertahun. Kadang-kadang,
gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci, sehingga terjadi pengumpulan
energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada lempeng
tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut sehingga terjadi
pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai gempabumi.
sistem tektonik indonesia
Jalur Gempabumi Dunia
Indonesia merupakan daerah
rawan gempabumi karena dilalui oleh jalur pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu:
Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Lempeng Indo-Australia bergerak
relatip ke arah utara dan menyusup kedalam lempeng Eurasia, sementara lempeng
Pasifik bergerak relatip ke arah barat.
Jalur pertemuan
lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempabumi besar dengan
kedalaman dangkal maka akan berpotensi menimbulkan tsunami sehingga Indonesia
juga rawan tsunami.
Belajar dari
pengalaman kejadian gempabumi dan tsunami di Aceh, Pangandaran dan daerah
lainnya yang telah mengakibatkan korban ratusan ribu jiwa serta kerugian harta
benda yang tidak sedikit, maka sangat diperlukan upaya-upaya mitigasi baik
ditingkat pemerintah maupun masyarakat untuk mengurangi resiko akibat bencana
gempabumi dan tsunami.
Mengingat terdapat
selang waktu antara terjadinya gempabumi dengan tsunami maka selang waktu
tersebut dapat digunakan untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat
sebagai salah satu upaya mitigasi bencana tsunami dengan membangun Sistem Peringatan
Dini Tsunami Indonesia (Indonesia Tsunami Early Warning System / Ina-TEWS).
Akibat Gempabumi
- Getaran
atau guncangan tanah (ground shaking)
- Likuifaksi
( liquifaction)
- Longsoran
Tanah
- Tsunami
- Bahaya
Sekunder (arus pendek,gas bocor yang menyebabkan kebakaran, dll)
Faktor-faktor yang Mengakibatkan Kerusakan Akibat Gempabumi
- Kekuatan
gempabumi
- Kedalaman
gempabumi
- Jarak
hiposentrum gempabumi
- Lama
getaran gempabumi
- Kondisi
tanah setempat
- Kondisi
bangunan
Dampak Gempabumi Terhadap Alam
Dampak Gempabumi Terhadap
Struktur Bangunan
Dampak Liquifaksi Terhadap
Bangunan
Dampak Sekunder Gempabumi
Berupa Kebakaran